TIME IS MONEY

Tuesday, 18 December 2012

Kurangnya Kualitas dan Kuantitas Guru PAUD.



BAB I
PENDAHULUAN
Kemampuan yang handal diawali dengan kemampuan Sumber daya manusia (SDM) yang dihasilkan oleh pendidikan itu sendiri. Bila pendidikan berkualitas baik , maka bisa dipastiakn SDM yang akan dihailkanpun akan berkualiatas baik pula. Peningkatan kualitas pendidiakn yang baik dan bermutu secara lebih luas ditentukan oleh pendidikan awal yang diterima oleh SDM suatu bangsa. Pendidikan awal atau yang kita sebut dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pondasi bagi  perkenmbangan SDM selanjutnya. Oleh karena Peranan peningkatan Pendidikan Usioa Dini disuatu negara memiliki  dan memegang suatu peranan yang sangat vital untuk kemjuan bengsa tesebut dimasa yang mendatang.
Arti penting mendidik anak di usia dini dilandasi bahwa masa kanak-kanak adalah masa keemasan ketika seluruh fungsi dan kemapuan anak sedang berkembang dengan pesat. Kemampuan yang menurut Vigosky, masih merupakan potensial ini yang memerlukan kontribusi orang dewasa utnuk memberikan stimulasi yang tepat agar  kemampuan-kemampuan yang dimiliki anak tersebut dapat teraktualisasikan dan berkembang secara optimal. Kesadaran akan pentingnya poendidikan anak usia dini belakangan ini m,endapatkan perhatian yang cukup menggembirakan dari berbagai kalangan masyarakat dari pemerintah, pihak swasta, orang tua, akademisi, praktisi, agamawan dan lain-lain lagi.
Wujud kepedulian itu dimanifestasikan dengan terbentuknya berbagai lembaga pendidikan usia dini baik yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat, seperti bina kelurga balita, posyandu,tempat penitipan anak,  pusat-pusat PAUD, kelompok bermain, taman kanak-kanak, roudotul afal dan lain sebagainya. Namun pembangunan pada sektor pendidikan anak usia dini tersebut tidak lepas dari kendala yang kita temui di lapangan, sehingga boleh dikatan perkembangan PAUD belum berkembang  secara optimal. Kendala-kendala tersebut berkaitan dengan kemapuan masyarakat, pengelola dan mutu PAUD itu sendiri. Menurut analisis penulis yang didapatkan dari media maupun buku masalah-masalah itu adalah sebagai berikut:
1.      Kurangnya kualitas dan kuantitas guru PAUD.
2.      Kurangnya animo/kesadaran masyarakat dan orang tua tentang urgensi PAUD.

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Kurangnya Kualitas dan Kuantitas Guru PAUD.
Secara kuantitas jumlah guru yang berkecimpung dalam PAUD jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah guru-guru yang berkecimpung pada strata pendidan yang lain ( SD. SMP. SMA). Selain itu juga kualitasnya masih kurang dan jumlah tenaga kependidikan pembinaan anak usia dini masih sangat kutang dibandingkan dengan jumlah anak usia dini saat in. Kurang berminatnya masyarakat dan lulusan menjadi guru PAUD menjadi kendala perkembangan PAUD di Indonesia ini. Hal ini disebabkan karena secara filosofi manusia Indonesi kurang mengenal pendidikan anak usia dini, sehingga apa yang tercermin dari moralitas manusia Indonesia saat ini pada umumnya adalah kurangnya rasa tanggung jawab, toleransi, kejujuran dan kepekaan terhadap sesamanya.
Kurang berminatnya lulusan atau masyarakat menjadi guru PAUD juga karena profesi guru, termasuk guru PAUD, masih identik dengan pendapatan yang sangat minim. Hanya guru di kotalah yang mendapatkan kesempatan yang lebih baik dibanding dengan guru di desa.  Karena itu masyarakat yang berprofesi sebagai guru lebih terpusat di kota, sehingga guru daerah mengalami kekurang guru. Hal ini juga berlaku bagi guru PAUD. Kurang berminatnya masyarakat menjadi guru PAUD dengan sendirinya mengakibatkan kurang berminatnya piahak swasta mendidirikan Institusi kependidikan untuk mencetak guru-guru PAUD. Kondisi ini semakin membuat Indonesia kekurangan guru PAUD dari segi kuantitas.
 Walaupun secara khusus dapat diamati keilmuan, saat ini mulai betumbuhnya minat-untukk mencetak tenaga-tenaga PAUD, namun masuh terbatas pada lingkungan akademisi pendidikan tinggi yang memang secara keilmuan menyadari betapa pentingnya PAUD. Disatu sisi, dari satu kualitaspun guru PAUD indonesia masih rendah mutunya. Misalnya, lulusan SMU atau SMP mengajar TK/PAUD atau bahkan tidak berpendidikan sama sekali, artinya guru anak usia dini ini kurang kompetent dibidangnya. Kondisi ini membuat merosotnya mutu pendidikan PAUD yang berimbas negatif pada pembentukan kualitas anak.
Agar kemampuan tenaga kependidikan memadai, lembaga pendidikan guru anak usia dini harus pula memberikan beragam aspek ilmu pengetahuan sesuai dengan karakter perkembangan anak. Selain aspek pendidikan, juga perlu diperhatikan pengetahuan penunjang lainnya seperti kesehatan dan psikologi anak. Mengajar anak usia dini oleh masyarakat dianggap sebagai pengajaran yang mudah, sehingga banyak guru anak usia dini yang kurang maksimal dalam memberikan pendidikan anak usia dini. Mereka masih banyak tidak mengetahui perkembangan anak,pembelajara bagi anak usia dini dan stimulasinya sehingga sasaran pendidikan anak dirasakan kurang efektif dan mengena,
Untuk menghasilkan pendidikan yang bermutu tentulah dibutuhkan guru yang bermutu pula. Sebaliknya bila kualitas guru rendah maka kualitas anak didikpun akan rendah.  PAUD bukanlah bidang yang dapat dianggap ringan. Perlu orang yang kompeten dibidangnya untuk mendidik anak. Karena itu, guru PAUD perku mempenyai latar belakang pendidikan yang sesuai dengan PAUD, agar dapat mengajar dengan baik dan memaksimalkan potensi-potensi anak.
Peningkatan kualitas anak usia dini juga dipengaruhi oleh faktor kuantitas guru. Rasio perbandingan anak dan guru yang tak seimbangkan akan menimbulkan masalah baru. Satu guru yang mengajar 30 anak tentu tidak bisa memperhatikan proses belajar anak-anak tersebut secara satu persatu secara intensif. Denga sendirinya hal ini akan berakibat pada penurunan kualitas anak didik. Maka menurut saya solusi yang dapat diupayakan untuk masalah ini adalah antara lain sebagai berikut:
1)      Perlu adanya kenaikan pendapatan guru anak usia dini oleh pemerintah maupun swasta agar menarik minat masyarakat untuk menjadi guru anak usia dini.
2)      Pemerintah dapat mengalokasikan dana anggaran pembangunan yang lebih besar untuk menaikan pendapatan guru PAUD.
3)      Denagn bertumbuhnya  minat masyarakat untuk berprofesi sebagai guru anak usia dini, pihak swasta diharapkan lebuh berkontribusi untuk mendirikan institusi pendidikan untuk mencetak guru-guru anak usia dini baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.
4)      Institusi prasekolah negeri dan swasta perlu menetapkan peraturan bahwa pendidikan minimal guru anak usia dini adalah Diploma III dalam bidangnya dan akan lebih baik lagi bila S-1.
5)      Perlunya kerja sama ytang saling mendukung antara pemerintah dengan organisasi profesi PAUD untuk bersama-sama meningkatkan kualitas dan kuantitas guru secara merata di seluruh wilayah Indonesia.

2.      Kurangnya Kesadaran Orang tua Terhadap Urgensi PAUD
Salah satu faktor yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan anak usia dunia adalah aspirasi masyarakat yang rendah terrhadap anak usia dini, banyak orang tua beranggapan bahwa masa sekolah adalah berawal belajar sekolah formal di kelas satu SD, sehingga lima tahun pertama berlalu begiti saja di rumah tanpa stimulasi yang optimal dari orangtua. Peraturan pemerintah No. 27 yang menyatakan bahwa pendidikan prasekolah bukan syarat masuk ke SD, turut memperendah aspirasi morang tua terahadap urgensi pendidkan anak usia dini, karean mendapat tanggapan salah dari orang tua yang apada umumnya mengartikan pendidikan bagi anak anak usia dini tidaklah  penting. Selain itu pendidikan anak usi dini di Indonesia masih mahal dan tidak terjangkau oleh penduduk yang rata-rata kesejahteraanya masih rendah.
Kebanyakan orangtua tidak mempunyai wawasan tentang perkembangan anak yang cukup sehingga mereka banyak yang tidak menguasai pendidikan anak usia dini di rumah. Mereka jnuga tidak mendapatkan pendidikan khusus tentang anak usia dini. Padahal yang mereka ketahui keluerga adalah lingkungan  pertama dan utama yang akan memberikan pijakan dasar bagi perkembangan anak tersebut selanjutnya. Sebagian besar orangtua, karena faktor kekurangpahaman, kesibukan dan lain sebagainya, banayak melalaikan tahun-tahun pertama dala kehiduapan anak. Terutama orangtua yang sibuk mencari nafkah baik di kota maupun di desa, tidak memberikan alternatif sebagai pengganti pendidikan bagi saang anak. Hal iitu disebabkan kurangnya kesadaran terhadap urgensi pendidikan anak usia dini.
Hal ini perlu disadari oleh orangtua adalah bahwa anak ayng mendapat pelayanan pendidikan anak usia dini. Perkembangan aspek-aspek fisik dan psikisnya akanmeningkat dan berkembang lebih optimal dibandingkan anak yng tidak melalui PAUD. Menurut hemat saya solusi yang dapat diupayakan untuk mengatasi masalah ini adalah  anatara sebagai berikut:
1)      Pemerintah maupun swasta ,engadakan institusi pendidikan bagi orang tua tentang anak usia dini (parenting school) yang dapat terjanghkau oleh semua kalangan. Bahkan di beberapa negara maju, parenting school ini menjadi persyaratan pemerintah untuk diikuti bagi para pasangan muda yang mengurus legilisasi pernikahan.
2)      Pembinaan PAUD sampai ke pelosok-pelosok daerah, tidak hanya di posyandu, tetapi juga dengan sistem door to door/jemput bola dan terjun langsung ke masyarakat. Program ini dapat dilaksanakan secara kolaboratif anatar Depdiknas, Depsos, Depag wilayah setempat, Pemda dan tokoh-tokoh mayarakat di daerah tersebut dengan kader-kader yang terpilih dan mampu mengemban tugas.

3)      Mengadakan lembaga PAUD yang terjangkau bahkan Cuma-Cuma untuk masyarakat yang kurang mampu, dengan subsidi dari aparat pemerintah setempat, 


lukman hr. fc


e-mail: lukman.ritonga92@yahoo.com

No comments:

Post a Comment